Kami tulis, Kita baca

Sabtu, 01 Maret 2025

Pemuda Tombak Negriku

Berabad abad tahun yang lalu

Bangsa Indonesia

Menangis,karna penindasan kaum penjajah

Dihina, diperbudak

Dihancur leburkan

Diporak porandakan

Rezim yang berkuasa

Bergerak seenaknya

 

Dentuman dan desingan peluru

Menghiasi hari hari

Mayat mayat bergelimpangan

Tangisan menyayat anak anak kecil

Perjuangan yang begitu panjang

Takan ada yang berubah

Tanpa adanya pergerakan

Takan sia sia perjuangan mereka

Yang gugur atas nama bangsa

Berontak!

Bergerak!

Melawan para penindas!

 

Pertumpahan darah takan terelakkan

Pemuda tombak negriku

Bergeraklah jangan hanya membisu

Tegakkan kepalamu

Kobarkan semangatmu

Rebut Kembali kemerdekaan bangsamu

 

Jayalah negriku

Damailah bangsaku




Oleh : Zahara Balqis
Share:

Tuhanku

Tuhanku

Dalam sujudku

Selalu ada dirinya dalam doa

 

Hati gundah gulana

Mengingatnya yang sudah tua

Senyumnya tak pernah sirna

Bagai indah bulan purnama

 

Tuhanku

Diteras rumah kutunggu

Pulangnya pria tua yang telah rapuh

Tak terasa air mata meluruh

Melihat merekah senyumnya

Dengan membawa batu guruta disharira



Oleh : Zahara Balqis
Share:

Hujan Turun

Aku turun

Membuat rintangan

Dan lagi aku turun

Karena luapan kepedihan

Nyatanya aku juga kesakitan

 

Turunku 

Pasti jadi umpatan

Tanpa disadari turunku

Menjadi tempat berteduh



Oleh : Zahara Balqis

Share:

Jumat, 28 Februari 2025

Mencintaimu dengan Sederhana

Aku ingin mencintaimu

Dengan sederhana

Seperti kertas yang tidak pernah

Menghujat sang perangkai aksara

 

Aku ingin mencintaimu

Dengan sederhana

Dengan sasmita yang tak sempat diutarakan senja

Pada laut yang menenggelamkannya


Oleh : Zahara Balqis
Share:

Senin, 23 Oktober 2023

Pagi yang tak lagi sama

Kadang Tuhan menjadikan hujan, bukan hanya untuk membasahi, tapi juga untuk menyejukkan, berteduh, 

Kadang kita merasa paling merana, paling terpukul, nelangsa, padahal Dia justru meminta kita untuk menikmatinya, 

Terkadang pula kita ingin kabur, lari, pergi jauh, tapi justru bagian dunia ini terus menggenggam, memeluk sekuatnya

Muluk-muluk menahan tangis, tapi nyatanya kesedihan itu begitu jelas, membekas

Ternyata sesulit ini "menikmati" kehilangan, segopoh ini mencoba berlari tapi tertahan

Tak ada lagi pagi yang sama, petang yang serupa

Saat canda tawa tangis bertemu jadi satu, menjadi teman yang selalu dinanti

Ada ruang yang sekarang kosong, senyap seketika

Sesulit ini ternyata "menikmati" untuk melepaskan

Seperti pil pahit yang enggan untuk di telan tapi menjadi keharusan

Begini ternyata, sakit sekali, ya sakit

Apalagi yang menjadi daya untuk bisa baik-baik saja?

Untuk bisa menikmati senja seperti biasa, atau sekedar melepas hari dengan cerita serupa

Ada bagian dari jiwa yang akan pergi, jauh bahkan

Tak mungkin lagi digapai, walau hanya sekedar "melihatnya" baik-baik saja

Sesulit ini ternyata, membiasakan diri seperti dulu

Ingin kuulur waktu agar masih banyak kejadian yang bisa kujadikan kenangan

Walau pada akhirnya hanya itu yang akan menjadi bingkai-bingkai kecil

Saat rindu tak lagi menemukan ruang temu

Semoga baik-baik saja, dimanapun ragamu berada


Dari aku, yang harus belajar menabung sendu

Untuk jiwa yang akan pergi menyusuri sudut bumi



Share:

Jumat, 27 November 2020

Untuk orang baik yang pernah kukenal


Jika hari ini adalah rangkaian cerita, maka ingin ku abadikan tulisan ini sebagai pengingat bahwa malam ini kusaksikan (lagi) kebaikannya yang menjadi alasan mengapa aku sampai sejatuh hati ini
Aku tak akan meminta kompensasi apapun atas itu, 
Ini hanya akan menjadi rasa yang akan aku nikmati sendiri 
Atau menjadi kenangan saat hujan menurunkan lagi rintik airnya ke bumi
Walau tanpa kata dan bahasa, tapi sepertinya memang aku patut berterima kasih
Karna Tuhan telah mengenalkanmu padaku
Sosok unik yang tak terterka logika akal manusia
Terima kasih untuk perjalanan dingin malam ini
Terima kasih telah memastikan aku pulang tak sendiri
Jika Tuhan tak menuliskan kata jodoh untuk kita, maka aku sudah cukup senang bisa mengenalmu lebih lama
Semoga Tuhan membersamaimu dengan sosok yang baik pula

Share:

Senin, 09 November 2020

Belum usai, menuju esok

Hi semesta, apa kabar? 
Setelah tanah yang di basah hujan, 
Aku teringat tentang sebuah harapan yang masih saja bergelantungan
Menawarkan biru yang seolah menenangkan
Aku juga masih ingat pada beberapa kata yang membawa aku, mungkin juga kita pada suatu tahun penuh suka dan kemudian diwarnai duka
Gundah gulana rasanya, bak menunggu pagi bagi mereka pecandu kopi
Masa itu, saat hari lebih lama dari rotasi bumi
Saat harap dan cemas bersatu, menggelayut di danau rindu
Ah, lucu kalau diingat 
Walau sekelebat, tapi rupa rupanya dia tetap pernah memberi nyala yang amat kuat
Bagi aku, mungkin juga kita
Beberapa tahun telah terlewat, bahkan masa sudah berganti
Tapi ada yang tak bisa untuk dipungkiri, 
Rasa dan rindu yang masih kuat terpatri

Untuk aku, mungkin juga kita
Tak perlu bersusah payah mengalahkannya
Cukup kau pejamkan mata, 
Doakan saja semoga apa yang saat ini dirasa, menjadi tabungan rindu yang akan menggema
Di hatinya, di hati mereka, yang telah digariskan oleh pencipta semesta

Share:

POPULER