Nawa cita adalah sembilan agenda prioritas Jokowi-JK dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong (visi yang diusung Jokowi-JK pada masa kampanyenya). Berikut inti dari sembilan program tersebut yang disarikan dari situs www.kpu.go.id:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.
Selama masa kampanyenya jargon yang selalu dikumandangkan simpatisan Jokowi-JK adalah Revolusi Mental. Untuk itu kita akan menitikberatkan membahas Revolusi ental tersebut.
Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong.
Kita tahu, negeri ini telah mengalami penjajahan selama 350 tahun. Selama itu pula bangsa kita mendapat penindasan, diperbudak, diperas setiap tetes sumber daya manusia maupun alamnya. Karena itu setelah merdeka, pekerjaan paling besar yang harus dilakukan oleh para pemimpin bangsa adalah membangun mental manusia Indonesia. Caranya, dengan gerakan revolusi mental itu. Revolusi di jaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang melawan penjajah dan sekutunya, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kini, 70 tahun setelah bangsa kita merdeka, sesungguhnya perjuangan itu belum, dan tak akan pernah berakhir. Kita semua masih harus melakukan revolusi, namun dalam arti yang berbeda. Bukan lagi mengangkat senjata, tapi membangun jiwa bangsa. Membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsabangsa lain di dunia.
Kenapa membangun jiwa bangsa yang merdeka itu penting? Membangun jalan, irigasi, pelabuhan, bandara, atau pembangkit energi juga penting. Namun seperti kata Bung Karno, membangun suatu negara, tak hanya sekadar pembangunan fisik yang sifatnya material, namun sesungguhnya membangun jiwa bangsa. Bahkan masa depan suatu bangsa amat tergantung dengan kemampuan mereka menjaga kebersihan dan kekuatan jiwanya. Ya, dengan kata lain, modal utama membangun suatu negara, adalah membangun jiwa bangsa. Tentu saja diperlukan keahlian, atau menguasai keilmuan, namun tanpa dilandasi jiwa yang merdeka, pembangunan tidak akan mencapai tujuannya. Inilah ide dasar dari digaungkannya kembali gerakan revolusi mental oleh Presiden Joko Widodo. Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa merdeka, jiwa kebebasan untuk meraih kemajuan.
Gerakan revolusi mental semakin relevan bagi bangsa Indonesia yang saat ini tengah menghadapi tiga problem pokok bangsa yaitu; merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional. Lewat gerakan revolusi mental, Jokowi-JK bertekad membawa Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat secara politik, berdiri di kaki sendiri secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong.
Jokowi-JK berkomitmen untuk jadi pelopor gerakan revolusi mental kepada masyarakat agar menjadi gerakan sosial, karena pelaku revolusi mental adalah seluruh rakyat Indonesia. Para pemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan revolusi mental, dimulai dari masing-masing Kementerian atau Lembaga. Sebagai pelopor gerakan revolusi mental, pemerintah lewat Kementerian atau Lembaga harus melakukan tiga hal utama yaitu; bersinergi, membangun manajemen isu, dan terakhir penguatan kapasitas aparat negara. Setelah pembenahan ke dalam, dilakukan juga pembenahan ke luar lewat edukasi dan keterlibatan masyarakat.
Konsep Revolusi Mental yang dicanangkan Jokowi-JK untuk mendorong masyarakat untuk mencegah munculnya korupsi dan bobroknya birokrasi. Namun kenytaannya revolusi mental yang menjadi fokus Jokowi-JK masih jauh dari harapan. Sejumlah indikator yang menyatakan bahwa Revolusi Mental belum terwujud. Pertama, di bidang penegakkan hukum dengan penunjukan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala Polri, padahal sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Kedua, korupsi masih merajalela di bumi pertiwi ini, malah makin bertambah parah. Terakhir, bagi-bagi kursi terhadap partai politik pendukung pemerintah yang tergabung dalam koalisinya Jokowi-JK juga masih terjadi dalam pemilihan orang di Kementerian atau Lembaga.
Ya, mungkin revolusi mental yang diagung-agungkan Jokowi-JK pada masa kampanye sebelum pemilu 2014 masih butuh waktu yang sedikit lebih lama untuk direalisasikan. Semoga saja. Terakhir, sembilan program prioritas, Nawacita, Jokowi – JK yang sudah disusun dengan baik jangan sampai kandas ditengah jalan dan jangan sampai itu hanya menjadi gombalan belaka guna meraup suara yang mengantarkan kepada kursi tertinggi negeri ini.
0 comments:
Posting Komentar