Kami tulis, Kita baca

Minggu, 18 Oktober 2015

SEDIH


  “Kepadamu asa tak tersampaikanku”
“Terima kasih atas rasa yang kau ajarkan padaku meski sepahit empedu tapi kuyakin kan manis walau tanpa hadirmu”
“Dan kepadamu gemericik suara penyadar dari impian kosongku”

Aku tahu, aku dan kekuranganku tak pantas dapat apa yang kumau. Tapi asa di jiwa tak sempat terjinakkan oleh cinta sekalipun. Asa telah meledakkan pembatas keinginan, adat serta budaya ikut porak-poranda olehnya.

Tapi takdirku memang bukan itu. Merasa panasmu tidak, bahkan hangat sekalipun, bagaiman bisa aku bermandikan api mu yang kuimpikan selama ini?

Hati telah luka.
Walau kenyataan itu keputusan-Nya.
Terumbar janji, pintu-pintu baginya tak lagi ada.
Asa bernada cinta.

Share:

0 comments:

Posting Komentar