“Terima kasih atas
rasa yang kau ajarkan padaku meski sepahit empedu tapi kuyakin kan manis walau
tanpa hadirmu”
“Dan kepadamu
gemericik suara penyadar dari impian kosongku”
Aku tahu, aku dan kekuranganku tak pantas dapat apa yang
kumau. Tapi asa di jiwa tak sempat terjinakkan oleh cinta sekalipun. Asa telah
meledakkan pembatas keinginan, adat serta budaya ikut porak-poranda olehnya.
Tapi takdirku memang bukan itu. Merasa panasmu tidak, bahkan
hangat sekalipun, bagaiman bisa aku bermandikan api mu yang kuimpikan selama
ini?
Hati telah luka.
Walau kenyataan itu keputusan-Nya.
Terumbar janji, pintu-pintu baginya tak lagi ada.
Asa bernada cinta.
0 comments:
Posting Komentar