_Pagi yang tak lagi sama_
Kadang Tuhan menjadikan hujan, bukan hanya untuk membasahi, tapi juga untuk menyejukkan, berteduh,
Kadang kita merasa paling merana, paling terpukul, nelangsa, padahal Dia justru meminta kita untuk menikmatinya,
Terkadang pula kita ingin kabur, lari, pergi jauh, tapi justru bagian dunia ini terus menggenggam, memeluk sekuatnya
Muluk-muluk menahan tangis, tapi nyatanya kesedihan itu begitu jelas, membekas
Ternyata sesulit ini "menikmati" kehilangan, segopoh ini mencoba berlari tapi tertahan
Tak ada lagi pagi yang sama, petang yang serupa
Saat canda tawa tangis bertemu jadi satu, menjadi teman yang selalu dinanti
Ada ruang yang sekarang kosong, senyap seketika
Sesulit ini ternyata "menikmati" untuk melepaskan
Seperti pil pahit yang enggan untuk di telan tapi menjadi keharusan
Begini ternyata, sakit sekali, ya sakit
Apalagi yang menjadi daya untuk bisa baik-baik saja?
Untuk bisa menikmati senja seperti biasa, atau sekedar melepas hari dengan cerita serupa
Ada bagian dari jiwa yang akan pergi, jauh bahkan
Tak mungkin lagi digapai, walau hanya sekedar "melihatnya" baik-baik saja
Sesulit ini ternyata, membiasakan diri seperti dulu
Ingin kuulur waktu agar masih banyak kejadian yang bisa kujadikan kenangan
Walau pada akhirnya hanya itu yang akan menjadi bingkai-bingkai kecil
Saat rindu tak lagi menemukan ruang temu
Semoga baik-baik saja, dimanapun ragamu berada
Dari aku, yang harus belajar menabung sendu
Untuk jiwa yang akan pergi menyusuri sudut bumi
0 comments:
Posting Komentar