Kami tulis, Kita baca

Jumat, 12 Februari 2016

GEOSINKLIN, TEKTONIK LEMPENG, DAN APUNGAN BENUA

Bukti Teori Continental Drift Wegener | Gurugeografi.id
SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI GEOSINKLIN
Konsep geosinklin pertama kali berkembang pada pertengahan abad ke 18 saat geologiawan Amerika, James Hall dan James Dwight Dana menaruh perhatian besar terhadap Pegunungan Appalachian. Teorinya pertama kali digunakan untuk menjelaskan cekungan yang terus terisi sambil terus mendalam yang pada akhirnya diperkirakan akan menghasilkan kontraksi pada kerak yang diakibatkan oleh pendinginan dan kontraksi dari bumi. Meskipun sering diterjemahkan sedikit berbeda oleh beberapa peneliti tapi secara umum teori ini adalah cekungan yang terus menerus mendalam sepanjang batas benua yang kemudian terdefomasi menjadi bagian dari pegunungan.
Beberapa fase yang penting dari geosinklin, tektogenik dan orogenesa diantaranya adalah:
1.      Pengakumulasian sedimen pada palung subduksi yang hadir bersamaan dengan endapan marginal atau hasil  erupsi  submarine dari lava basa dan ultra basa termasuk ofiolit.
2.      Terdapatnya lipatan, sesar anjakan dan separasi pada batuan di geosinklin.
3.      Pengangkatan dan penggantian sedimentasi pada daerah palung marginal pada pelebaran zona geosinklin.
4.      Metamorfisme regional dan penggantian oleh batolit.
5.      Pengangkatan epirogenik dengan erupsi volkanik dari basalt, andesit, dan riolit serta intrusi plutonik yang ko-magmatis.
6.      Peneplasi.
Teori ini kemudian berkembang pesat pada akhir abad 19 dan awal abad 20 dan dipergunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena cekungan pembentukan pegunungan sebelum digantikan oleh teori tektonik lempeng pada tahun 1960.
Perbedaan pandangan yang terjadi diantara pengemuka geosinklin dari Amerika dan Eropa terjadi dalam perkembangan teori geosinklin, karena kedua kelompok geologiawan tersebut menggunakan dua pegunungan yang berbeda satu sama lain. Geologiawan amerika menggunakan analog dari pegunungan Appalachia sementara geologiawan Eropa menggunakan Pegunungan Alpine sebagai contoh.
Konsep geosinklin oleh geologist Amerika
  1. Di suatu ketebalan sedimen, sedimen yang ditemukan pada zona laut dangkal akan mencirikan terdapatnya suatu cekungan (geosinklin)
  2. Pengendapan supply sedimen pada geantiklin (sebelah geosinklin) mengikuti rata-rata jumlah sedimentasi yang terendapkan pada cekungan tersebut
  3. Geosinklin berada pada daerah marginal sampai dengan continent
Konsep geosinklin oleh geologist Eropa
1. Menjelaskan terjadinya sedimen pada zona laut dalam dan menyimpulkan bahwa geosinklin merupakan daerah yang dalam, berupa cekungan yang relatif memanjang
2. Sulit terjadi kesetimbangan pada sistem pengendapan di geosinklin, dan sejarah serta durasi dari geosinklin bergantung pada rata-rata relatif dari penurunan cekungan dan sedimentasi
3. Geosinklin terbentuk pada daerah marginal sampai dengan continent atau diantara continental masses
Perbedaan mendasar dari teori geosinklin dan teori tektonik lempeng adalah dari segi pemahaman gerak yang mendominasi kedinamisan bumi. Pada teori Geosinklin, pemahaman yang digunakan adalah dinamisme pada bumi ini disebabkan oleh gerak vertikal tanpa adanya perubahan arah lateral yang berarti. Sedangkan, pada teori Tektonik Lempeng, menyatakan hal tersebut tidak demikian, melainkan pergerakan dinamik bumi lebih cenderung untuk bergerak lateral, sementara pergerakan vertikal hanya sebagai konsekuensi arah lateral tersebut.  Menurut Teori Tektonik Lempeng, pergerakan lateral tersebut dapat terjadi karena posisi kerak bumi (dan litosfer) sebagai benda brittle, yang menumpang diatas astenosfer yang bersifat ductile, plastis dan mudah mengalir.

SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI TEKTONIK LEMPENG
Dalam istilah geologi, lempeng adalah bongkahan batuan yang kaku dan padat. Kata tektonik berasal dari kata dasar Yunani, yang berarti ”membangun”. Dengan menyatukan kedua kata tersebut kita mendapatkan  istilah lempeng tektonik , yang mengacu tentang bagaimana permukan bumi dibangun oleh lempeng-lempeng.
Teori yang dikemukakan oleh Mc Kenzie dan Robert Parker menyempurnakan teori pergeseran benua, pergeseran dasar laut, dan teori konveksi sebagai satu kesatuan konsep yang sangat berharga dan diterima oleh para ahli geologi.
Teori ini menyatakan bahwa kerak bumi dan litosfer yang mengapung diatas lapisan astenosfer dianggap satu lempeng yang saling berhubungan. Karena lempeng lempeng itu berada di atas lapisan yang cair, panas dan plastis ( astenosfer ) maka lempeng lempeng menjadi dapat bergerak secara tidak beraturan. Di dalam gerakanya kadang kadang ada dua lempeng yang saling menjauh, ada juga lempeng lempeng yang saling bertabrakan sehingga menimbulkan gempa dahsyat. Lempeng lempeng itulah yang disebut lempeng tektonik.
Ada 6 lempeng utama dipermukaan bumi, yaitu:
1.      Lempeng Eurasia, wilayahnya meliputi: Eropa, Asia dan daerah pinggiran termasuk Indonesia.
2.      Lempeng Amerika, wilayahnya meliputi: Amerika Utara, Amerika Selatan dan setengah bagian barat Lautan Atlantik.
3.      Lempeng Afrika, wilayahnya meliputi: Afrika, setengah bagian timur lautan Atlantik dan bagian barat lautan Hindia.
4.      Lempeng Pasifik, wilayahnya meliputi seluruh lempeng di Lautan Pasifik.
5.      Lempeng India – Australia, wilayahnya meliputi lempeng Lautan Hindia serta sub kontinen India dan Australia bagian barat.
6.      Lempeng Antartika, meliputi kontinen Antartika dan lempeng Lautan Antartika.
Pergerakan lempeng tektonik dapat menimbulkan bentukan bentukan di permukaan bumi yang berbeda beda. Keragaman bentukan tersebut dipengaruhi oleh arah dan kekuatan gerak lempeng.
Batas lempeng tektonik dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
  1. Batas Konvergen
Terjadi tabrakan antar lempeng sehingga salah satu lempeng tersebut menghujam ke bawaah ( subduksi ), menyebabkan terjadinya palung laut. Pegunungan Himalaya termasuk dalam batas konvergen karena hasil tabrakan 2 lempeng tektonik sangat besar yaitu lempeng India – Australia menabrak lempeng Eurasia.
  1. Batas Divergen
Terjadi karena lempeng lempeng bergerak saling menjauh ( berlawanan ).Pada batas ini ditandai dengan terbentuknya kerak bumi baru karena naiknya materi dari astenosfer yang biasanya membentuk punggung laut.
  1. Batas Sesar Mendatar
Terjadi karena adanya pergeseran 2 lempeng dengan arah berlawanan. Pergeseran ini ditandai adanya keretakan. Gerakan lempeng tektonik menyebabkan terjadinya gempa bumi dan pembentukan gunung.

SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI APUNGAN BENUA
Sebelum kelahiran teori lempeng tektonik, beberapa orang sudah terlebih dahulu meyakini bahwa benua-benua yang ada saat ini adalah hasil dari pecahan dari sebuah ”superbenua” di masa lalu. Diagram di bawah ini memperlihatkan proses terpecahnya superbenua Pangae. Diagram ini terkenal dalam teori Pergeseran Benua  (Continental Drift Theory) sebuah  teori yang mendahului teori Lempeng Tektonik.
Teori yang dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener ini menyatakan bahwa perkembangan bentuk permukaan bumi berhubungan dengan pergeseran benua. Dipermukaan bumi pada awalnya hanya terdapat sebuah benua besar yang disebut Pangea serta sebuah samudra bernama Panthalasa. Benua tersebut kemudian bergeser secara perlahan ke arah ekuator dan barat mencapai posisi seperti sekarang. Gerakan tersebut disebabkan oleh adanya rotasi bumi yang menghasilkan gaya sentrifugal sehingga gerakan cenderung ke arah ekuator, sedangkan gaya tarik menarik antara bumi dan bulan menghasilkan gerak ke arah barat.
Share:

0 comments:

Posting Komentar