Kami tulis, Kita baca

Senin, 12 Oktober 2015

KEMANDIRIAN ENERGI DAN IMAJINASI

“Kemandirian energi akan dapat dicapai jika tiga kriteria utama terpenuhi, pertama aksesbility, yaitu kemampuan untuk mendapatkan akses energi. Hal ini terkait dengan ketersediaan infrastruktur. Kedua daya beli masyarakat terhadap energi dan ketiga adalah ketersediaan energi”, ungkap Menteri ESDM pada acara inspiring talk dengan tema, ”Mampukan Sektor Migas Berkontribusi Menuju Kemandirian Energi Nasional”.

Kemandirian energy sangat erat hubungannya dengan penyediaan dan pemakaian, produksi, daya beli, juga kesinambungan (sustainable) energi. Dalam tulisan ini saya akan membahas khusus pada penyediaan dan produksi energy itu sendiri.

Di saat sekarang ini dunia sangat bergantung pada sumber energy yang tidak terbarukan misalnya, batubara, minyak, dll. Kita semua pasti sudah mengetahui bahwa jika sumber energy tersebut akan habis pada akhirnya. Jadi untuk itu kita membutuhkan sebuah sumber energy baru yang tebarukan untuk memenuhi kebutuhan energy yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya. Artinya untuk mencapai kemadirian energy dunia harus mempunyai sumber energy yang akan tetap tersedia selamanya.

1. Sumber Energi dari Luar Bumi

Sumber energy yang ada di bumi semakin lama akan semakin sedikit. Karena proses pembentukan sumber energy tersebut sangat lama, lebih dari milyaran tahun. Seiring dengan perkembangan terknologi manusia sudah bisa mengamati benda benda di luar bumi, baik itu planet, komet, bintang dll. 

Benda-benda di luar bumi itu tentu terbentuk dari unsur-unsur kimia tertentu baik seperti yang sudah kita ketahui maupun yang belum kita ketahui. Jika misalkan saja sebuah planet tersusun dari karbon, maka di planet tersebut aka nada senyawa-senyawa karbon yang tentunya bisa kita cari manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan energy manusia. Bayangkan saja ketika misalnya kita menemukan unsur tertentu di planet tersebut yang memiliki energy tinggi, maka kebutuhan energy manusia akan terpenuhi.

Ketika mengambil energy dari luar bumi, misalkan planet Mars, kita tidak perlu untuk terlalu khawatir tentang lingkungannya karena ketika kita mengambil sumber daya tersebut tidak akan ada makhluk hidup yang akan terganggu.

Hal yang kemudian menjadi masalah dalam pengambilan energy di luar bumi kita akan membutuhkan biaya yang sangat sangat besar, teknologi yang canggih, stasiun ruang angkasa, penyediaan oksigen, dan sumber daya manusia untuk mengerjakannya. Kita tentu sudah mengerahui bahwa hampir semua peralatan yang kita miliki akan bekerja hanya jika ada oksigen. Maka dari itu sangat diperlukan inovasi teknologi untuk hal ini.

Memang mengambil sumber daya dari luar bumi kedengaran sangat mustahil, atau bahkan hanya imajinasi anak kecil yang tidak ada bukti empirisnya. Tapi menurut saya apa salahnya kita meneliti dan mencoba menuju untuk menuju kesana. Toh juga hal-hal yang mustahil bagi kita semakin hari semakin mungkin terjadi dengan penemuan teknologi yang semakin canggih.

2. Sumber Energi Hayati

Saya tidak berbicara tentang biofuel, biogas atau semacamnya. Tapi disini saya bicara tentang bagaimana kita memanfaatkan makhluk hidup untuk mensintesis sumber energy, misalkan saja minyak, batubara, dll. Kita mengetahui hal-hal menarik tentang makhluk hidup misalnya kelenjar spinneret di perut laba-laba yang bisa disintesis menjadi serat yang sangat kuat, jauh lebih kuat dari pada yang dibuat manusia. Untuk membuat serat dengan kekuatan seperti itu dibutuhkan suhu dan tekanan yang ekstrim, tapi laba-laba bisa membuatnya dalam suhu kamar dan tekanan atmosfir dengan bahan lalat mati dan air.

Batubara, minyak adalah zat-zat yang terbentuk setelah jutaan bahkan milyaran tahun dalam suhu dan tekanan ekstrim. Maka berdasarkan fakta mengenai laba-laba di atas proses pembentukan minyak, batubara, dll bisa dibentuk dalam waktu yang sebentar, suhu dan tekanan normal dengan menggunakan makhluk hidup.

Hal yang kemudian menjadi masalah adalah, apakah ada makhluk hidup seperti itu? Jawabannya belum ada. Dalam sejarah manusia belum ada ditemukan makhluk hidup seperti itu. Mungkin jika kita menunggu makhluk hidup itu ditemukan, kita sudah kelaparan energy. Apa yang harus kita lakukan? Jawabannya adalah kita harus menciptakannya. kita harus merekayasa makhluk hidup yang sudah ada menjadi seperti yang kita butuhkan. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan yang mendalam dan penelitian yang konkrit.

Hal-hal di atas yang saya bahas memang kedengaran sangat mustahil dan bahkan konyol. Saya juga menyadari hal tersebut. Tapi pernahkah phytecantropus erectus membayangkan kalau keturunannya bisa terbang, atau apalah teknologi yang sudah kita miliki sekarang. Maka sebagai penutup saya, meskipun tidak dengan data-data empiris, percaya bahwa suatu saat kita akan menikmati energy dari luar bumi dan makhluk hidup.

“Hal hal mustahil yang justru kita anggap konyol, terkadang berubah menjadi hal luar biasa yang kita kagumi”

Share:

0 comments:

Posting Komentar