“Kemandirian
energi akan dapat dicapai jika tiga kriteria utama terpenuhi, pertama
aksesbility, yaitu kemampuan untuk mendapatkan akses energi. Hal ini terkait
dengan ketersediaan infrastruktur. Kedua daya beli masyarakat terhadap energi
dan ketiga adalah ketersediaan energi”, ungkap Menteri ESDM pada acara inspiring
talk dengan tema, ”Mampukan Sektor Migas Berkontribusi Menuju Kemandirian
Energi Nasional”.
Kemandirian
energy sangat erat hubungannya dengan penyediaan dan pemakaian, produksi,
daya beli, juga kesinambungan (sustainable) energi. Dalam tulisan ini saya akan
membahas khusus pada penyediaan dan produksi energy itu sendiri.
Di
saat sekarang ini dunia sangat bergantung pada sumber energy yang tidak
terbarukan misalnya, batubara, minyak, dll. Kita semua pasti sudah mengetahui
bahwa jika sumber energy tersebut akan habis pada akhirnya. Jadi untuk itu kita
membutuhkan sebuah sumber energy baru yang tebarukan untuk memenuhi kebutuhan
energy yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya. Artinya untuk mencapai
kemadirian energy dunia harus mempunyai sumber energy yang akan tetap tersedia
selamanya.
1. Sumber Energi dari Luar Bumi
Sumber
energy yang ada di bumi semakin lama akan semakin sedikit. Karena proses
pembentukan sumber energy tersebut sangat lama, lebih dari milyaran tahun.
Seiring dengan perkembangan terknologi manusia sudah bisa mengamati benda benda
di luar bumi, baik itu planet, komet, bintang dll.
Benda-benda
di luar bumi itu tentu terbentuk dari unsur-unsur kimia tertentu baik seperti
yang sudah kita ketahui maupun yang belum kita ketahui. Jika misalkan saja
sebuah planet tersusun dari karbon, maka di planet tersebut aka nada
senyawa-senyawa karbon yang tentunya bisa kita cari manfaatnya untuk memenuhi
kebutuhan energy manusia. Bayangkan saja ketika misalnya kita menemukan unsur
tertentu di planet tersebut yang memiliki energy tinggi, maka kebutuhan energy
manusia akan terpenuhi.
Ketika
mengambil energy dari luar bumi, misalkan planet Mars, kita tidak perlu untuk
terlalu khawatir tentang lingkungannya karena ketika kita mengambil sumber daya
tersebut tidak akan ada makhluk hidup yang akan terganggu.
Hal
yang kemudian menjadi masalah dalam pengambilan energy di luar bumi kita akan
membutuhkan biaya yang sangat sangat besar, teknologi yang canggih, stasiun
ruang angkasa, penyediaan oksigen, dan sumber daya manusia untuk
mengerjakannya. Kita tentu sudah mengerahui bahwa hampir semua peralatan yang
kita miliki akan bekerja hanya jika ada oksigen. Maka dari itu sangat
diperlukan inovasi teknologi untuk hal ini.
Memang
mengambil sumber daya dari luar bumi kedengaran sangat mustahil, atau bahkan
hanya imajinasi anak kecil yang tidak ada bukti empirisnya. Tapi menurut saya
apa salahnya kita meneliti dan mencoba menuju untuk menuju kesana. Toh juga hal-hal
yang mustahil bagi kita semakin hari semakin mungkin terjadi dengan penemuan
teknologi yang semakin canggih.
2. Sumber Energi Hayati
Saya
tidak berbicara tentang biofuel, biogas atau semacamnya. Tapi disini saya
bicara tentang bagaimana kita memanfaatkan makhluk hidup untuk mensintesis
sumber energy, misalkan saja minyak, batubara, dll. Kita mengetahui hal-hal
menarik tentang makhluk hidup misalnya kelenjar spinneret di perut laba-laba
yang bisa disintesis menjadi serat yang sangat kuat, jauh lebih kuat dari pada
yang dibuat manusia. Untuk membuat serat dengan kekuatan seperti itu dibutuhkan
suhu dan tekanan yang ekstrim, tapi laba-laba bisa membuatnya dalam suhu kamar
dan tekanan atmosfir dengan bahan lalat mati dan air.
Batubara,
minyak adalah zat-zat yang terbentuk setelah jutaan bahkan milyaran tahun dalam
suhu dan tekanan ekstrim. Maka berdasarkan fakta mengenai laba-laba di atas
proses pembentukan minyak, batubara, dll bisa dibentuk dalam waktu yang
sebentar, suhu dan tekanan normal dengan menggunakan makhluk hidup.
Hal
yang kemudian menjadi masalah adalah, apakah ada makhluk hidup seperti itu?
Jawabannya belum ada. Dalam sejarah manusia belum ada ditemukan makhluk hidup
seperti itu. Mungkin jika kita menunggu makhluk hidup itu ditemukan, kita sudah
kelaparan energy. Apa yang harus kita lakukan? Jawabannya adalah kita harus
menciptakannya. kita harus merekayasa makhluk hidup yang sudah ada menjadi
seperti yang kita butuhkan. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan yang mendalam dan
penelitian yang konkrit.
Hal-hal di atas yang saya bahas memang kedengaran sangat mustahil dan bahkan konyol. Saya juga menyadari hal tersebut. Tapi pernahkah phytecantropus erectus membayangkan kalau keturunannya bisa terbang, atau apalah teknologi yang sudah kita miliki sekarang. Maka sebagai penutup saya, meskipun tidak dengan data-data empiris, percaya bahwa suatu saat kita akan menikmati energy dari luar bumi dan makhluk hidup.
“Hal hal mustahil yang justru kita anggap konyol, terkadang berubah menjadi hal luar biasa yang kita kagumi”
0 comments:
Posting Komentar