Di
masa sekarang ini mahasiswa lebih dijadikan sebagai lanjutan pendidikan
akademik setelah SMA daripada sebagai titik acuan untuk menjadi agen perubahan
yang akan mebangun Indonesia menjadi lebih baik di masa depan.
Mahasiswa
sebagai civitas akademika yang memiliki berbagai macam potensi dalam dirinya
sangat diharapkan menjadi manusia terdidik yang bisa mendidik, dan kemudian
bisa terjun ke masyarakat untuk membantu mereka yang membutuhkan. Mahasiswa
sangat tidak diharapkan menjadi manusia yang hanya tau tentang ilmu yang
dipelajari di di dalam kelas, tapi lebih dari itu. Mahasiswa harusnya jadi agen
yang membuat bangsa ini maju.
Memang
harus kita akui bahwa aktivitas akademik sangatlah penting bagi mahasiswa,
mengingat hakikat mereka sebagai seorang penuntut ilmu. Karena itu mereka harus
bisa menguasai ilmu yang mereka tekuni dengan baik. Tapi hal yang kemudian
harus kita disadari oleh setiap mahasiwa adalah bahwa hal-hal yang berkaitan
dengan akademik tersebut tidak cukup menjamin sebuah masa depan yang cerah,
baik bagi dirinya sendiri ataupun masyarakat di sekitarnya. Buktinya, kita banyak sekali menyaksikan mahasiswa dengan IPK
(Indeks Prestasi Kumulatif) cumlaude yang masih belum mendapatkan pekerjaan.
Artinya, untuk mengahadapi ujian sebenarnya di dalam masyarakat setelah lulus, dan
untuk menjadi seorang yang bisa mengubah masa depan bangsa ini, selain memiliki
nilai akademik yang bagus, Praktek Kerja Lapangan (PKL), mahasiwa juga memerlukan
sebuah soft skill.
Soft
skill menurut Berthal adalah keterampilan intra-personal dan inter-personal
yang dapat mengembangkan dan memaksimalkan kinerja. Soft skill ini sangat berhubungan dengan potensi yang ada di dalam
diri mahasiswa. Kerjasama dalam tim, kegigihan, mengambil inisiatif, berani mengambil keputusan, kepemimpinan,
kemampuan berkomunikasi, kemampuan berdiskusi adalah beberapa contoh soft skill
yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk menjadi agen perubahan.
Sayangnya, hampir di
semua perguruan tinggi di Indonesia pembelajaran di kelas oleh dosen lebih
mengutamakan isi daripada soft skill mahasiswanya (Menurut data mahasiswa
mendapatkan materi 90% dan sisanya, 10% soft skill dari dosenya). Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan
lulusan yang pintar tapi tidak sukses. Karena dalam menciptakan kesuksesan dalam dunia ilmu pengetahuan dan dunia kerja
softskills harus 80% dan Hardskill (kemapuan keilmuwan) 20%. Maka tidak
asing lagi jika banyak lulusan perguruan tinggi yang pengangguran atau bahkan
dipecat hanya karena mereka tidak
tangguh, cepat bosan, tidak memiliki integritas, tidak bisa bekerja sama, tidak memiliki rasa humor, kurang jujur, dan hal sepele lain.
Untuk mengembangkan
soft skill tersebut peran mahasiswa, dosen, dan orang-orang di lingkungan
kampus sangat diperlukan. Dengan peran dari semua pihak diharapkan kampus tidak
hanya berfungsi sebagai tempat pengembangan akademik, tapi juga tempat
pembentukan soft skill.
Soft skill dapat
dikembangkan dengan mengikuti organisasi-organisasi yang ada di dalam kampus
atau di luar kampus. Misalnya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Jurusan, Perkumpulan agama, dan lain-lain.
Dengan berorganisasi mahasiswa akan lebih banyak berdiskusi untuk memecahkan
masalah, bekerja sama mengadakan kegiatan, mengenal lebih banyak teman, atau
bahkan hanya sekedar bersenang-senang. Perlahan-lahan mahasiswa akan menjadi
pemikir yang handal dan memiliki karakter yang bagus.
Soft skill juga bisa
dikembangkan dengan mengikuti perlombaan, seminar, atau pengabdian masyarakat.
Dengan mengikuti perlombaan mahasiswa akan terlatih untuk berkompetisi, bekerja
keras, bekerja sama. Seminar akan sangat membantu mahasiswa mengembangkan
kemapuan mendengarkannya. Pengabdian masyarakat juga merupakan suatu kegiatan
yang akan sangat membantu pembentukan karakter mahasiswa. Mahasiswa akan
terlatih bekerja sama, berkomunikasi, menyelesaikan persoalan, manajemen waktu
ketika mengadakan pengabdian masyarakat. Kewajiban mahasiswa untuk membantu
masyarakat juga akan terlaksanakan ketika pengabdian masyarakat.
Salah satu karakter
yang melekat pada diri mahasiswa adalah
ketergantungan kepada oang lain. Misalnya, hanya bergantung pada apa yang
diberikan dosen, atau melaksanakan kegiatan dengan hanya mengharapkan bantuan
pihak kampus. Hal ini sangat tidak baik untuk masa depan mahasiswa, karena dia
hanya akan bertahan jika ada orang lain. Maka mahasiswa perlu melatih
kemandiriannya sedini mungkin. Tidak terpaku pada sistem pendidikan yang
ditetapkan kampus, mencari dana sendiri untuk melaksanakan kegiatan adalah
beberapa hal yang bisa melatih kemandirian mahasiswa.
Selain
itu, untuk mengembangkan soft skill
mahasiswa, peran dosen dan birokrasi kampus sebagai pengawas dan pembimbing
juga sangat diperlukan. Sistem belajar dan mengajar harus didesain sedemikian
rupa sehingga selain mendapat ilmu, mahasiswa juga mendapatkan pendidikan
karakter.
Sebagai
kesimpulan, mahasiswa sebagai pelaku pendidikan harusnya tidak terpaku pada
sistem pendidikan yang hanya mengantar kepada gelar sarjana. Terus menggali
potensi diri, mengembangkan kemapuan dari eksternal kampus, mengabdi kepada
masyarakat, dan membenahi diri sudah sepantasnya dilakukan mahasiswa. Sehingga
pada akhirnya mahasiswa sebagai agen perubahan akan membawa maju bangsa ini, Indonesia
jaya.
0 comments:
Posting Komentar