Kami tulis, Kita baca

Senin, 12 Oktober 2015

MAHASISWA HARUS BUAT BANGSA INI MAJU


Di masa sekarang ini mahasiswa lebih dijadikan sebagai lanjutan pendidikan akademik setelah SMA daripada sebagai titik acuan untuk menjadi agen perubahan yang akan mebangun Indonesia menjadi lebih baik di masa depan.
Mahasiswa sebagai civitas akademika yang memiliki berbagai macam potensi dalam dirinya sangat diharapkan menjadi manusia terdidik yang bisa mendidik, dan kemudian bisa terjun ke masyarakat untuk membantu mereka yang membutuhkan. Mahasiswa sangat tidak diharapkan menjadi manusia yang hanya tau tentang ilmu yang dipelajari di di dalam kelas, tapi lebih dari itu. Mahasiswa harusnya jadi agen yang membuat bangsa ini maju.
Memang harus kita akui bahwa aktivitas akademik sangatlah penting bagi mahasiswa, mengingat hakikat mereka sebagai seorang penuntut ilmu. Karena itu mereka harus bisa menguasai ilmu yang mereka tekuni dengan baik. Tapi hal yang kemudian harus kita disadari oleh setiap mahasiwa adalah bahwa hal-hal yang berkaitan dengan akademik tersebut tidak cukup menjamin sebuah masa depan yang cerah, baik bagi dirinya sendiri ataupun masyarakat di sekitarnya. Buktinya, kita  banyak sekali menyaksikan mahasiswa dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) cumlaude yang masih belum mendapatkan pekerjaan. Artinya, untuk mengahadapi ujian sebenarnya di dalam masyarakat setelah lulus, dan untuk menjadi seorang yang bisa mengubah masa depan bangsa ini, selain memiliki nilai akademik yang bagus, Praktek Kerja Lapangan (PKL), mahasiwa juga memerlukan sebuah soft skill.
Soft skill menurut Berthal adalah keterampilan intra-personal dan inter-personal yang dapat mengembangkan dan memaksimalkan kinerja. Soft skill ini sangat berhubungan dengan potensi yang ada di dalam diri mahasiswa. Kerjasama dalam tim, kegigihan, mengambil inisiatif,  berani mengambil keputusan, kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berdiskusi adalah beberapa contoh soft skill yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk menjadi agen perubahan.
Sayangnya, hampir di semua perguruan tinggi di Indonesia pembelajaran di kelas oleh dosen lebih mengutamakan isi daripada soft skill mahasiswanya (Menurut data mahasiswa mendapatkan materi 90% dan sisanya, 10% soft skill dari dosenya).  Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan lulusan yang pintar tapi tidak sukses. Karena dalam menciptakan kesuksesan dalam dunia ilmu pengetahuan dan dunia kerja softskills harus 80% dan Hardskill (kemapuan keilmuwan) 20%. Maka tidak asing lagi jika banyak lulusan perguruan tinggi yang pengangguran atau bahkan dipecat hanya karena mereka tidak tangguh, cepat bosan, tidak memiliki integritas, tidak bisa bekerja sama, tidak memiliki rasa humor, kurang jujur, dan hal sepele lain.
Untuk mengembangkan soft skill tersebut peran mahasiswa, dosen, dan orang-orang di lingkungan kampus sangat diperlukan. Dengan peran dari semua pihak diharapkan kampus tidak hanya berfungsi sebagai tempat pengembangan akademik, tapi juga tempat pembentukan soft skill.
Soft skill dapat dikembangkan dengan mengikuti organisasi-organisasi yang ada di dalam kampus atau di luar kampus. Misalnya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Jurusan, Perkumpulan agama, dan lain-lain. Dengan berorganisasi mahasiswa akan lebih banyak berdiskusi untuk memecahkan masalah, bekerja sama mengadakan kegiatan, mengenal lebih banyak teman, atau bahkan hanya sekedar bersenang-senang. Perlahan-lahan mahasiswa akan menjadi pemikir yang handal dan memiliki karakter yang bagus.
Soft skill juga bisa dikembangkan dengan mengikuti perlombaan, seminar, atau pengabdian masyarakat. Dengan mengikuti perlombaan mahasiswa akan terlatih untuk berkompetisi, bekerja keras, bekerja sama. Seminar akan sangat membantu mahasiswa mengembangkan kemapuan mendengarkannya. Pengabdian masyarakat juga merupakan suatu kegiatan yang akan sangat membantu pembentukan karakter mahasiswa. Mahasiswa akan terlatih bekerja sama, berkomunikasi, menyelesaikan persoalan, manajemen waktu ketika mengadakan pengabdian masyarakat. Kewajiban mahasiswa untuk membantu masyarakat juga akan terlaksanakan ketika pengabdian masyarakat.
Salah satu karakter yang melekat  pada diri mahasiswa adalah ketergantungan kepada oang lain. Misalnya, hanya bergantung pada apa yang diberikan dosen, atau melaksanakan kegiatan dengan hanya mengharapkan bantuan pihak kampus. Hal ini sangat tidak baik untuk masa depan mahasiswa, karena dia hanya akan bertahan jika ada orang lain. Maka mahasiswa perlu melatih kemandiriannya sedini mungkin. Tidak terpaku pada sistem pendidikan yang ditetapkan kampus, mencari dana sendiri untuk melaksanakan kegiatan adalah beberapa hal yang bisa melatih kemandirian mahasiswa.
Selain itu, untuk mengembangkan soft skill mahasiswa, peran dosen dan birokrasi kampus sebagai pengawas dan pembimbing juga sangat diperlukan. Sistem belajar dan mengajar harus didesain sedemikian rupa sehingga selain mendapat ilmu, mahasiswa juga mendapatkan pendidikan karakter.
Sebagai kesimpulan, mahasiswa sebagai pelaku pendidikan harusnya tidak terpaku pada sistem pendidikan yang hanya mengantar kepada gelar sarjana. Terus menggali potensi diri, mengembangkan kemapuan dari eksternal kampus, mengabdi kepada masyarakat, dan membenahi diri sudah sepantasnya dilakukan mahasiswa. Sehingga pada akhirnya mahasiswa sebagai agen perubahan akan membawa maju bangsa ini, Indonesia jaya.
Share:

0 comments:

Posting Komentar