Keinginan akan sebuah cita-cita yang sudah
dibayangkan sejak lama terbentur dengan kehendak orang tua yang menginginkan
hal yang bertolak belakang. Tapi akhirnya keputusan orang tua itu memang yang
terbaik jika dijalani dengan sepenuh hati, ikhlas, dan tentunya semangat dan
kerja keras akan membawa sebuah
keberhasilan. Itulah tema yang menurut ahmad fuadi pantas untuk dikembangkan
dalm novelnya negeri 5 menara.
Novel bertema islami mungkin memang sangat cocok
untuk dikembangkan menjadi sebuah novel tentunya dibumbui dengan perjuangan,
semangat, atau mungkin romansa. Novel negeri 5 menara ini bertemakan perjuangan
menggapai cita dalam nuansa islami sangat menarik dan cocok untuk dibaca terutama untuk para pelajar yang
hampir putus asa mengejar citanya akibat begitu banyaknya rintangan karena
novel ini dapat memberi motivasi yang begitu mendalam.
Kisah bermula ketika seorang Alif yang merupakan
tokoh utama dalam novel ini hendak masuk SMA denagan Randai tapi keinginannya
itu bertolak belakang denagn kehendak ibunya yang menginginkan ia untuk masuk
ke pesantren. Alif yang penurut pun mengikuti permintaan ibunya dengan berat
hati dan harus merelakan cita-citanya untuk jadi seorang insinyur.
Hari-hari Alif di pondok madani pesantren tempatnya
menuntut ilmu awalnya begitu berat baginya karena begitu banyaknya peraturan,
tugas, dan ujian. Mulai dari harus memakai papan nama, memasukkan baju, pergi
ke aula untuk shalat berjamaah, wajib berbahasa inggris dan arab, dan ujian
yang sangat berat memperparah ketidakmauannya di pesantren.
Perlahan tapi pasti Alif mulai menyukai dunia barunya
karena bantuan dari para ustad yang selalu memberi motivasi mulai dari man
jadda wa jada, going the extra miles, dan masih banyak lagi akhirnya membuat
dia senang di pndok madani. Hal itu juga tak lepas dari peran kawannya sesama
shahibul menara Baso, Raja, Dulmajid, Atang, Said yang selalu menemaninya di
kala ia susah dan juga memotivasinya untuk tetap bertahan di pondok madani
ketika ia memutuskan pulang karena ia teringat cita-cita lamanya. Mereka selalu
bersama dalam suka dan duka, mulai dari bagi-bagi makanan ketika dapat kiriman,
membayangkan cita-cita di bawah menara, menghadapi pencuri ketika jaga malam,
berjuang ketika pertandingan sepak bola, deg-degan ketika akan jadi pengurus
pondok, dibotak karena melanggar aturan ketika persiapan pentas seni yang
akhirnya sukses, sampai belajar sampai larut malam ketika ujian akhir yang
berujung kelulusan.
Akhirnya, dengan segala perjuangan yang telah mereka
lakukan dan mimpi yang mereka angan-angankan sejak lama para shahibul menara
sukses sesuai impian. Baso sekolah di Mesir, Raja bekerja di Inggris, Dulmajid,
Atang, Said mendirikan pesantren di Jakarta, dan sang tokoh utama jadi VOA
majalah Tempo setelah ia menempuh kuliah di Universitas Padjajaran fakultas
Hubungan Internasional denga merelakan ITB yang telah ia impikan sejak kecil
meskipun kawannya Randai bisa menggapai cita-cita mereka itu.
Novel yang mengisahkan perjalanan hidup penulisnya
ini memberikan segudang motivasi untuk selalu bermimpi dan memotivasi kita
dalam menggapai impian itu. Tata bahasa dalam novel ini menggunakan kata-kata
kajian yang universal meskipun ada penggunaan bahasa daerah tapi karena adanya
catatan kaki membuat kita bisa mudah dalam membacanya.
Kendati dengan itu novel ini punya kelemahan karena
adanya cinta yang tumbuh dalam hati Alif yang membuat ia membohongi ustadnya.
Dan adanya sedikit keberanian yang salah.
Tapi secara keseluruhan novel ini bagus untuk dibaca
masyarakat secara umum karena novel ini berisi sedikit kisah lucu, kehidupan
keluarga, kehidupan bermasyarakat dan paling cocok
untuk para generasi muda karena
berisi kisah yang inspiratif dan banyak kata motivasi sehingga
para generasi muda bias menyongsong masa depannya yang gemilang.
0 comments:
Posting Komentar