Kami tulis, Kita baca

Senin, 12 Oktober 2015

RESENSI NOVEL "NEGERI 5 MENARA" PERJALANAN MENUJU KESUKSESAN

         

          Keinginan akan sebuah cita-cita yang sudah dibayangkan sejak lama terbentur dengan kehendak orang tua yang menginginkan hal yang bertolak belakang. Tapi akhirnya keputusan orang tua itu memang yang terbaik jika dijalani dengan sepenuh hati, ikhlas, dan tentunya semangat dan kerja keras akan  membawa sebuah keberhasilan. Itulah tema yang menurut ahmad fuadi pantas untuk dikembangkan dalm novelnya negeri 5 menara.
          Novel bertema islami mungkin memang sangat cocok untuk dikembangkan menjadi sebuah novel tentunya dibumbui dengan perjuangan, semangat, atau mungkin romansa. Novel negeri 5 menara ini bertemakan perjuangan menggapai cita dalam nuansa islami sangat menarik dan cocok  untuk dibaca terutama untuk para pelajar yang hampir putus asa mengejar citanya akibat begitu banyaknya rintangan karena novel ini dapat memberi motivasi yang begitu mendalam.
          Kisah bermula ketika seorang Alif yang merupakan tokoh utama dalam novel ini hendak masuk SMA denagan Randai tapi keinginannya itu bertolak belakang denagn kehendak ibunya yang menginginkan ia untuk masuk ke pesantren. Alif yang penurut pun mengikuti permintaan ibunya dengan berat hati dan harus merelakan cita-citanya untuk jadi seorang insinyur.
          Hari-hari Alif di pondok madani pesantren tempatnya menuntut ilmu awalnya begitu berat baginya karena begitu banyaknya peraturan, tugas, dan ujian. Mulai dari harus memakai papan nama, memasukkan baju, pergi ke aula untuk shalat berjamaah, wajib berbahasa inggris dan arab, dan ujian yang sangat berat memperparah ketidakmauannya di pesantren.
          Perlahan tapi pasti Alif mulai menyukai dunia barunya karena bantuan dari para ustad yang selalu memberi motivasi mulai dari man jadda wa jada, going the extra miles, dan masih banyak lagi akhirnya membuat dia senang di pndok madani. Hal itu juga tak lepas dari peran kawannya sesama shahibul menara Baso, Raja, Dulmajid, Atang, Said yang selalu menemaninya di kala ia susah dan juga memotivasinya untuk tetap bertahan di pondok madani ketika ia memutuskan pulang karena ia teringat cita-cita lamanya. Mereka selalu bersama dalam suka dan duka, mulai dari bagi-bagi makanan ketika dapat kiriman, membayangkan cita-cita di bawah menara, menghadapi pencuri ketika jaga malam, berjuang ketika pertandingan sepak bola, deg-degan ketika akan jadi pengurus pondok, dibotak karena melanggar aturan ketika persiapan pentas seni yang akhirnya sukses, sampai belajar sampai larut malam ketika ujian akhir yang berujung kelulusan.
          Akhirnya, dengan segala perjuangan yang telah mereka lakukan dan mimpi yang mereka angan-angankan sejak lama para shahibul menara sukses sesuai impian. Baso sekolah di Mesir, Raja bekerja di Inggris, Dulmajid, Atang, Said mendirikan pesantren di Jakarta, dan sang tokoh utama jadi VOA majalah Tempo setelah ia menempuh kuliah di Universitas Padjajaran fakultas Hubungan Internasional denga merelakan ITB yang telah ia impikan sejak kecil meskipun kawannya Randai bisa menggapai cita-cita mereka itu.
          Novel yang mengisahkan perjalanan hidup penulisnya ini memberikan segudang motivasi untuk selalu bermimpi dan memotivasi kita dalam menggapai impian itu. Tata bahasa dalam novel ini menggunakan kata-kata kajian yang universal meskipun ada penggunaan bahasa daerah tapi karena adanya catatan kaki membuat kita bisa mudah dalam membacanya.
          Kendati dengan itu novel ini punya kelemahan karena adanya cinta yang tumbuh dalam hati Alif yang membuat ia membohongi ustadnya. Dan adanya sedikit keberanian yang salah.
          Tapi secara keseluruhan novel ini bagus untuk dibaca masyarakat secara umum karena novel ini berisi sedikit kisah lucu, kehidupan keluarga, kehidupan bermasyarakat dan paling cocok untuk para generasi muda karena berisi kisah yang inspiratif dan banyak kata motivasi sehingga para generasi muda bias menyongsong masa depannya yang gemilang.
Share:

0 comments:

Posting Komentar